Menghargai Sebuah Kehadiran
Selamat Datang di Halaman Blog Mila 👋
1 Februari 2023.
27 Tahun yang lalu menjadi suka cita kebahagiaan dalam keluarga Bapak & Ibu dengan hadirnya tangisan kecil sang anak ragil berjenis kelamin perempuan. Bayi mungil itu menjadi harapan baru keluarga. Parasnya yang manis menjadi pemanis rasa sakit Sang Ibu pasca melahirkannya.
"Akhirnya, anak perempuan yang dinanti hadir melengkapi dinamika riuh keluarga ini"
Menegakkan langkah pada ujung tangga dua puluh tujuh tahun rasanya seperti dynamite. Meledak-ledak, berdentum asa, bergetar harapan, akan indah jika dimanfaatkan dengan energi positif yang menghasilkan mimpi baru, seperti halnya dynamite yang memberikan dentuman cahaya yang indah. Secercah cahaya untuk sebuah asa yang tenggelam dalam gelap.
Begitulah yang aku rasakan 15 hari sebelum 1 Februari 2023 tiba. Rasanya memikirkan apa yang sudah saya lakukan selama ini, merefleksikan apa yang sudah saya berikan, menilai apa yang sudah saya kontribusikan dengan semua keistimewaan yang sudah diberikan oleh keluarga bahagia ini. Apakah semua anugerah itu sebanding?
Tetapi, sebelum memikirkan semua ini, ada hal penting yang perlu ditanyakan kepada diri ini.
Apakah saya sudah berterima kasih kepada diri ini?
Apakah saya sudah memaafkan dengan tulus?
Apakah masih ada kenangan tidak baik di diri ini yang bisa meledak suatu saat?
Apakah saya sudah bersykur dengan semua yang Allah karuniakan sampai hari ini?
Apakah saya sudah berhenti menyalahkan diri ini setiap asa itu pupus?
Semakin dewasa saya lebih sering mengajak diri ini mengobrol, menyemangatinya sambil bercermin, meyakinkan dia bahwa hari ini akan berjalan baik, akan semakin kuat, dan akan semakin sabar. Itu saja cukup. Permintaan setiap harinya tidak setinggi langit, hanya meminta untuk dicukupkan sabar, dilapangkan urusan, dimudahkan hajat, dan diridhai dalam setiap langkah. Energi positif ini harus selalu saya bangun di pagi hari ketika bercermin sebelum memulai aktivitas.
Tetapi terkadang, saya lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada diri ini di setiap akhir menuju pergantian hari. Saya terlalu memikirkan apa yang seharusnya memang tidak perlu dipikirkan karena itu bukan kendali dari diri kita. Terima kasih kepada diri ini adalah afirmasi positif yang perlu dibangun secara rutin dan tulus. Terima kasih ya Allah atas semua karunia dan rizki yang telah Engkau limpahkan kepadaku sampai detik ini. Terima kasih, hei kamu, yang sudah selalu kuat, sabar, pantang menyerah dan tetap berbuat baik apapun kondisinya.
Dua puluh tujuh tahun ini saya belajar dan terus tumbuh.
Walau rasa di dalam diri ini seperti ingin meledak sangat keras, tapi saya berusaha untuk mengubah energi besar ini menjadi energi positif. Wajib. Memang harus seperti itu. Sebagai insan yang sudah dikaruniakan segala keistimewaan dan nikmat dari Tuhan, bukankah seharusnya kita selalu bersyukur?
Di sini saya berdiri dihadapan alam indah Sang Pencipta,
Saya melepaskan segala keraguan, keresahan, ketakukan, dan semua kehampaan dalam diri ini.
Allah Selalu Bersama Kita.
Tidak perlu takut.
Tidak perlu kesepian.
Tidak perlu merasa hampa.
Di sini saya berdiri dihadapan riuh ombak,
Saya mengucapkan syukur yang tidak pernah henti kepada Allah SWT
Terima kasih Tuhan. Allah yang Maha Baik.
Allah yang Maha Mengetahui Segala yang Terbaik untuk Hamba-Nya
Allah Sebaik-baiknya Perencana Skenario Terbaik
Allah yang Maha Pemberi
Allah yang Maha Penyayang
Allah yang Maha Segalanya
Dalam waktu sepertiga malam ini, saya bersujud kepada Allah.
Terima kasih Tuhan atas waktu satu setengah tahun berjalan yang telah Engkau skenariokan untukku.
Aku bisa lebih tumbuh untuk mencintai kehadiran, menghargai waktu, menghargai kepergian, menghargai jarak dan ruang.
Terima kasih Tuhan satu setengah tahun ini, aku lebih bisa memastikan keluargaku baik-baik saja.
Menjadi orang yang bisa bermanfaat dari hal kecil ini.
Bisa membantu Ibu memasak, membantu membersihkan rumah, bahkan membantu memecahkan masalah ketika bingung menyiapkan menu masakan untuk keluarga kita. Membantu menjadi tempat cerita ibu selama 24 jam adalah hal yang tidak pernah saya dapatkan ketika adanya jarak pada masa lalu.
Terima kasih Tuhan, telah diberikan kesempatan untuk menyadari anugerah yang telah Engkau karuniakan kepada diri ini, bahwa hal yang membuatku bahagia adalah ketika aku bisa berbagi. Ketika aku bisa membuat adik-adik tumbuh belajar bersama. Ketika aku bisa bermanfaat untuk diriku dan orang sekitarku. Ketika aku menyadari bahwa rezeki bukan sekedar uang. Ketika aku menyadari bahwa berbuat baik adalah kenikmatan, sebagaimana dalam Al-Quran telah dijanjikan bahwa berbuat baik sejatinya untuk diri kita sendiri.
Dua puluh tujuh tahun yang tidak mudah, namun banyak lembaran baru untuk tumbuh.
Semakin tumbuh untuk menjadi manusia yang selalu bermanfaat dan bisa berbagi dengan tulus.
Semoga selalu istiqomah
Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
Cilegon,
1 Februari 2023
Milia-
Komentar
Posting Komentar